Pendekatan Kuantitatif Dan Pendekatan Kualitatif

1. Pengertian Pendekatan Kuantitatif Dan Pendekatan Kualitatif
Penelitian Kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Filsafat Positivisme memandang realitas/ gejala/ fenomena dapat diklasifikasikan, relatif tetap, konkrit, teramati, terukur, dan hubungan gejala bersifat sebab akibat. Penelitian pada umumnya dilakukan pada populasi atau sampel tertentu

Kemudian penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.


2. Pandangan Dasar Perbedaan Pendekatan Kuantitatif Dan Kualitatif 
Sebelum membahas tentang pandangan dasar kedua pendekatan ini, perlu dijelaskan batasan kedua istilah tersebut. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. Sebaliknya pendekatan kualitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek-aspek kecenderungan, non perhitungan numerik, situasional deskriptif, interview mendalam, analisis isi, bola salju dan story. 
Berdasarkan Williams (1988) maka ada lima pandangan dasar perbedaan antara pendekatan kuantitatif (istilah Williams dengan kuantitatif positivistik) dan kualitatif. Kelima dasar pandangan tersebut ialah sifat realitas, interaksi peneliti dan obyek penelitiannya, posibilitas generalisasi dan posibilitas kausal dan peranan nilai.  
1. Pada dasar pandangan sifat realitas, maka pendekatan kuantitatif melihat realitas sebagai tunggal, konkrit, teramati, dan dapat difragmentasi. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat realitas ganda (majemuk), hasil konstruksi dalam pengertian holistik.  
Itulah sebabnya peneliti kuantitatif lebih spesifik, percaya langsung pada sang obyek generalis, meragukan dan mencari fenomena selanjutnya pada sang obyek realitas.  
2. Pada dasar pandangan interaksi antara peneliti dengan obyek penelitiannya, maka pendekatan kuantitatif melihat sebagai independen, dualistik bahkan mekanistik. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat sebagai proses interaktif, tidak terpisahkan bahkan partisipatif.  
Itulah sebabnya penelitian kuantitatif agak memisahkan antara si peneliti sebagai subyek pelaku aktif dan obyek penelitian sebagai obyek pelaku pasif dan dapat dibebani aneka model penelitian oleh si peneliti. Sebaliknya dalam pendekatan kualitatif ada substitusi situasi dan mutual experience, bersama-sama di suatu medan (arena) nan tak terpisahkan yang sangat mutual dan tumpang tindih. Terasa sekali kuantitatif melontarkan subyek atas obyek yang saling terpisahkan, meneliti tentang sesuatu. Sebaliknya kualitatif melontarkan obyek atas obyek, yang tak terpisahkan, meneliti menembus di dalam sesuatu. Dengan perkataan lain, pendekatan kuantitatif to solve the problem by surrounding the problem. Sebaliknya pendekatan kualitatif to solve the problem by penetrating the problem.
3. Pada dasar pandangan posibilitas generalis, maka pendekatan kuantitatif bebas dari ikatan konteks dan waktu (nomothetic statements), sedang pendekatan kualitatif terikat dari ikatan konteks dan waktu (idiographic statements). 
Itulah sebabnya peneliti kuantitatif dapat dikenai atau dibebani dengan percobaan tertentu, lalu diukur hasilnya (ada macam-macam jenis eksperimen). Sebaliknya peneliti kualitatif lebih menerjunkan diri dalam riak gelombang gejolak obyek penelitian dan terbenam di dalamnya. Ini agar dia menjadi mengerti, memahami, dan menghayati (verstehen) pada obyek penelitiannya. 
4. Pada dasar pandangan posibilitas kausal, maka pendekatan kuantitatif selalu memisahkan antara sebab riil temporal simultan yang mendahuluinya sebelum akhirnya melahirkan akibat-akibatnya. Sebaliknya pendekatan kualitatif selalu mustahilkan usaha memisahkan sebab dengan akibat, apalagi secara simultan. Sebab dan akibat adalah nebula yang Pantha Rhei (mengalir kontinyu terus menerus). 
Itulah sebabnya pendekatan kuantitatif selalu on line process, satu arah, mulai dari awal sebab, proses, dan akhirnya akibat. Sebaliknya pendekatan kualitatif selalu oncyclus process, kontinyu dan banyak arah, suatu interaksi yang dipetakan danmasing-masing berupa sebab dan akibat sebagai kutub-kutubnya. Proses sebab akibat adalah suatu kelanjutan dari proses sistem model atau paradigma tertentu. 
5. Pada dasar pandangan peranan nilai, maka pendekatan kuantitatif melihat segala sesuatu bebas nilai, obyektif dan harus seperti apa adanya. Sebaliknya pendekatan kualitatif melihat segala sesuatu tidak pernah bebas nilai, termasuk si peneliti sendiri yang subyektif. 
Itulah sebabnya penelitian kuantitatif selalu mendaku bahwa penelitian yang terbaik ialah yang obyektif, jujur, netral, dan apa adanya, dan yang terpenting kebal terhadap nilai-nilai di sekitar suatu obyek penelitian. Penelitian kualitatif memustahilkan hal ini. Hasil pengamatan jenis penelitian, analisa datang dan sekalian hasil penelitian tidak lepas (konstektual) dengan era, geografi, budaya dan aliran-aliran nilai yang berpengaruh di situ. Peranan nilai hendak dilihat dengan totalitas eksistensialnya.

Demikianlah kelima dasar pandangan yang sangat berbeda antara pendekatan kuantitatif dengan kualitatif. Williams menyebut 13 karakter pendekatan kualitatif berdasar perbedaan di muka. Di antaranya, dijabarkan di sini hanya lima karena dianggap bahwa di antara karakter-karakter tersebut ada nuansa-nuansa yang overlapping antara kedua pendekatan tersebut. Cukup dari lima dasar perbedaan dimuka untuk melihat perbedaan kedua pendekatan itu. Kaitan antara dasar untuk aplikasi kepada proses atau konstruk berikutnya sebagai follow-up ialah pada aspek ilmu dan metodologisnya.

 3. Perbedaan Pendekatan Kuantitatif Dengan Kualitatif


Apabila disimak tulisan Bogdan dan Biklen 1982 dalam Faisal 1990:28-30, maka nampak ada perbedaan baik pada tatanan ilmu atau pun proses penelitiannya. Namun pada pandangan penulis terlihat rongga-rongga nuansa yang nampak longgar di mana terjadi saling tumpang tindih antara keduanya. Sekaligus hal ini berarti arah kesamaan dan arah penggabungan pada kedua pendekatan ini. Ada 15 aspek yang diperhadapkan antara pendekatan kuantitatif dan kualitatif pada nuansa ketajaman. Kelima belas aspek tersebut ialah sebagai berikut:

1. Aspek Pendekatan Metodologis
Pada pendekatan kuantitatif, jenis-jenis bidang pendekatan ialah eksperimen, hard data, empirik, positivistik, fakta nyata di masyarakat dan statistik, eksperimen, survai, interview terstruktur, dan seterusnya.
Pada pendekatan kualitatif, jenis-jenis bidang pendekatan ialah etnografis, tugas lapangan, soft data, interaksionisme simbolik, naturalistik, deskriptif, pengamatan dengan keterlibatan peran, phenomenologik, data dokumenter, studi kasus, studi sejarah deskriptif, dan studi lingkungan kehidupan, observasi, review dokumen, partisipan observer dan story.

2. Aspek Konseptualisasi
Pada pendekatan kuantitatif, jenis-jenis konseptual kunci ialah variabel, validitas, reliable, signifikansi, hipotesis, replikasi, dan seterusnya. Pada pendekatankualitatif, jenis-jenis konseptual kunci ialah: makna, akal sehat, pengertian, batasan situasi, fakta kehidupan sehari-hari, proses, kontruksi sosial, dan sebagainya. Pada umumnya pendekatan kunci berasal dari obyek penelitian alamiah dan biarlah apa adanya, jangan diintervensi, ataupun diubah.

3. Aspek Tokoh-tokoh Pelopornya
Pada pendekatan kuantitatif, tokoh-tokoh beraliran positivistik seperti Emile Durkhein, L. Guttman, Fred Kerlinger, Donald Cambell, dan Peter Rossi. Rata-rata beliau adalah ahli yang percaya pada ilmu pasti dan eksak dengan rumus-rumus kuantum yang kuat.
Pada pendekatan kualitatif, tokoh-tokoh beraliran Pragmatik seperti Max Weber, Charles Horton Cooley, Harold Garfinkel, Margaret Mead, Anselm Strauss, Herbert Blumer, Erving Goffman, George H. Mead, dan Burney Glaser. Kebanyakan dari mereka, walaupun ada yang ahli ilmu-ilmu eksak, ialah dari jenis-jenis ilmu kemanusiaan misalnya kedokteran, psikologi, sosiologi, antropologi, ekonomi dan kebudayaan.

4. Aspek Orientasi Teoretik
Pada pendekatan kuantitatif dasar teorinya ialah struktural fungsional, positivisme, behaviorisme, logika empirik dan sistem teoritik. Mereka mengutamakan teori yang tersistematik, jelas dan pasti.
Pada pendekatan kualitatif, dasar teoritiknya ialah simbolik interaksionisme, etnometodologi, phenomenologik, kebudayaan, dan sebagainya. Para kualitan ini mengutamakan bukan teori yang pasti atau mapan, mereka berteori tentang fenomena-fenomena manusia dari aspek simbol, etnik, dan seterusnya. Sesuatu yang dapat saja berubah, bahkan ada aliran ekstrim yang kualitatif dengan meniadakan teori dalam penelitian. 

5. Aspek Jenis Ilmunya 
Bidang ini agak terbaur dan berubah secara nuansa (range), artinya sulit untuk menspesifikan (koridor, kotak) ilmunya. Namun kecenderungan ada ilmu-ilmu yang memiliki pendekatan ambivalen sekaligus. 
Kecenderungan kuantitatif terdapat pada ilmu-ilmu teknik, pasti dan alam, ekonomi, psikologi, sosiologi, computer science, dan seterusnya. 
Kecenderungan kuanlitatif terdapat pada ilmu-ilmu humaniora, sejarah, sosiologi, antropologi, ilmu kebudayaan, dan seterusnya. Akhir-akhir ini ada ilmu yang memiliki pendekatan kedua-duanya seperti sosiologi, kedokteran, perilaku, ekonomi deskriptif, dan seterusnya.

6. Aspek Tujuan atau Target 
Pada pendekatan kuantitatif arah dan fokus suatu penelitian ialah melalui uji teoritik, membangun atau menyusun fakta dan data, deskripsi statistik, kejelasan hubungan dan prediksi. Berarti tiap langkah mengutamakan aksioma, rumus, dan soal-soal penyelesaian dan mengatasi persoalan secara langsung. 
Pada pendekatan kualitatif arah dan fokus suatu penelitian ialah membangun teori dari data atau fakta, mengembangkan sintesa interaksi dan teori-teori yang dibangun dari fakta-fakta mendasar (grounded) mengembangkan pengertian, dan sebagainya. Berarti tiap langkah mengutamakan proses, apa adanya dan tanpa dibatasi norma-norma, rumus, dan seterusnya. 

7. Aspek Korelasi dengan Responden 
Pada pendekatan kuantitatif diperlukan ukuran short term atau long term, jarak dengan yang diteliti, menilai sebagai peneliti penuh terhadap yang diteliti, dominasi pada peneliti, dan seterusnya. Mereka menghadapmukakan peneliti orang dan diteliti obyek dengan aneka ulah, aturan dan norma. 
Pada pendekatan kualitatif diperlukan hubungan yang sederajat dan tidak terbatas atau membedakan antara yang meneliti dan diteliti. Hubungan ialah emphatik, equilitarian, kontak yang intensif, interview mendalam, dan sebagainya. Mereka yang meneliti harus tenggelam atau sama derajat dengan yang diteliti. Bila perlu mereka berkedok sebagai informan rahasia di tengah penelitiannya. Mereka “penetrating” (menembus) di tengah masalahnya. 

8. Aspek Instrumen dan Perlengkapan 
Pada pendekatan kuantitatif, maka perlengkapan seperti kuesioner, inventories, komputer, indeks, pengukuran dari rumus-rumus, dan seterusnya. Jelas mereka menerapkan aplikasi teknik rumus dan kepastian. 
Pada pendekatan kualitatif, maka perlengkapan seperti tape recorder, audiovisual, dan seterusnya yang diperlukan. Mereka menganggap “The researcher is often theonly instrument”.

9. Aspek Pendekatan terhadap Populasi 
Pada pendekatan kuantitatif dipergunakan rechecking berupa kontrol, validitas, reification, obtrusiveness, dan seterusnya. Mereka mempergunakan kontrol yang jelas dengan pengulangan proses menuju pada kebenaran tujuan penelitian. Pada pendekatan kualitatif dipergunakan time consuming, reduksi data, reliabilitias, dan seterusnya.

10. Aspek Desain 
Pada pendekatan kuantitatif, mereka menginginkan disain yang terstruktur, terorganisasi, urut, bagan yang sistematik. “Design is a detailed plan of operation”. Pada pendekatan yang kualitatif, mereka menginginkan disain yang fleksibel, umum, dan muncul dengan sendirinya. “Design is a punch as to how to you mightproceed”. Oleh karena itu disain pendekatan kualitatif tidak pernah uniform atauseragam. 

11. Aspek Penggalian Data Lapangan 
Pada pendekatan kuantitatif, penggalian data dilakukan melalui coding kuantitatif, perhitungan, pengukuran, dan statistik. Kesemuanya diaplikasikan pada patokan umum dan diukur dengan patokan tersebut, untuk dinyatakan pembuktian diterima atau ditolak. 
Pada pendekatan kualitatif, penggalian data dilakukan melalui deskripsi obyek dan situasi, dokumentasi pribadi, catatan lapangan, fotografis, istilah-istilah atau jargon-jargon kerakyatan, dokumentasi resmi, dan sebagainya. Tidak ada patokan absah dari peneliti, semua proses dianggap absah asal itu terjadi benar-benar (empirik) dan patokan baru diadakan setelah semua peristiwa terjadi. 

12. Aspek Pengambilan Sampel 
Pada pendekatan kuantitatif, jumlah sampel harus terseleksi jelas, dengan cara acak, terstruktur, mana yang kelompok eksperimen dan mana yang kelompok kontrol. Sampel harus mewakili populasi (representatif). 
Pada pendekatan kualitatif, jumlah sampel tidak perlu besar, namun purposiveness, dapat berwujud sistem bola salju, analisis isi, historiografi, dan biographicalevidence.

13. Aspek Analisa Data 
Pendekatan kuantitatif memakai penyimpulan analisa data berdasar deduksi, kesimpulan dari suatu koleksi data, akhirnya dihitung melalui perhitungan statistik. Analisa data kuantitatif membentuk batasan yang diterima atau ditolak oleh teori yang telah ada. 
Pendekatan kualitatif memakai penyimpulan konsep, induktif, model, tematik, dan sebagainya. Analisa data kualitatif dapat membentuk teori dan nilai yang dianggap berlaku di suatu tempat. 

14. Aspek Keabsahan Data 
Pendekatan kuantitatif memakai kontrol berupa alat statistik, pengukuran, dan hasil-hasil yang relevan dengan rumus yang berlaku. 
Pendekatan kualitatif memakai kontrol berupa negative evidence, triangulasi, kredibilitas, dependabilitas, transferabilitas, dan konfirmabilitas. Alat-alat pada pendekatan berupa aktivitas paska penelitian untuk lebih meyakinkan dengan mengulang pemeriksaan data, bertanya obyektif pada para ahli, hubungan-hubungan yang pasti, kepercayaan yang berulang-ulang mempola, dan seterusnya. 

15. Aspek Penulisan Laporan 
Pendekatan kuantitatif menulis laporan menurut bagan formal tetap, isi yang tetap, lengkap dan merupakan hasil laporan dan hasil uji dengan perhitungan dari lapangan penelitian yang empirik. 
Pendekatankualitatif menulis laporan menurut logika penulis dalam urutan laporannya. Isi tidak menurut formalitas yang tetap, namun berupa rangkaian stories yang dapat dipertanggungjawabkan oleh peneliti, terdiri dari story denganpenulisan yang dapat saja saling tumpang tindih namun bermakna.


4. Teknik pengumpulan Data Kualitatif dan Kuantitatif


    Teknik pengumpulan Data Kualitatif

1. Observasi 
Observasi adalah metode dasar dalam memperoleh data pada penelitian kualitatif. Observasi dalam hal ini lebih umum, dibandingkan dengan observasi terstruktur dan tersistematis sebagaimana yang digunakan pada penelitian kuantitatif. Tujuan dari penelitian kualitatif adalah memahami perilaku subyek secara apa adanya. Hal ini berbeda dengan observasi pada penelitian kuantitatif yang membatasi observasi pada ringkasan berupa angka-angka dalam mengamati subyek penelitian. Observasi pada penelitian kualitatif berbentuk narasi atau deskripsi dari hal-hal yang dilakukan subyek dalam kondisi yang alami (natural settings). Secara umum, observasi dibagi menjadi dua, yakni observasi partisipan dan observasi non-partisipan. 

2. Wawancara Mendalam 
Secara sederhana dapat dipahami bahwa, wawancara merupakan pertemuan antara dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang telah diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Wawancara secara umum dapat dibagi menjadi tiga yakni, wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara tak terstruktur. 

3. Dokumen 
Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisaberbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Pada dasarnya, dokumen digunakan untuk memperkuat penelitian kualitatif agar dapat lebih dipercaya. 

4. Triangulasi 
Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang seklaigus menguji kredibilitas data, yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dari berbagai sumber data. 
Teknik triangulasi, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan observasi partisipasif, wawancara mendalam dan dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah dikemukakan. 

Data yang telah terkumpul perlu diuji keabsahannya melalui teknik triangulasi berikut: 
  • Triangulasi metode: Jika informasi yang diperoleh berasal dari hasil wawancara misalnya, perlu diuji dengan hasil observasi dan seterusnya. Dengan ungkapan lain, kebenaran (keabsahan) informasi diperiksa dengan teknik pengumpulan data yang berbeda. 
  • Triangulasi peneliti: Jika informasi yang diperoleh salah seorang anggota tim peneliti diuji oleh anggota tim yang lain, berarti data diperiksa melalui peneliti (pengumpul data) yang berbeda. 
  • Triangulasi sumber: Jika informasi tertentu mislnya ditanyakan kepada responden yang berbeda atau antara responden dengan dokumentasi. 
  • Triangulasi situasi: Bagaimana penuturan seorang responden jika dalam keadaan ada orang lain dibandingkan dengan dalam keadaan sendiri. 
  • Triangulasi teori: Apakah ada keparalelan penjelasan dan analisis atau tidak antara satu teori dengan teori yang lain terhadap data hasil penelitian.
       Teknik pengumpulan Data Kuantitatif
Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting dan berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari settingnya data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural seting), pada laboratorium dengan metode eksperimen, di rumah dengan berbagai responden, dan lain-lain. Bila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data, dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Selanjutnya kalau dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan interview, kuesioner (angket), observasi (Sugiyono, 2012: 193-194).

1. Interview (Wawancara) 
Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/ kecil. 
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut: 
  • Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri. 
  • Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya. 
  • Bahwa interpretasi subjek tentang pertanyaan-pertanyaan yang diajukan peneliti kepadanya adalah sama dengan apa yang dimaksudkan oleh  si peneliti.
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
  • Wawancara terstruktur 
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama, dan pengumpul data mencatatnya. 
Dalam melakukan wawancara, selain harus membawa instrumen sebagai pedoman untuk wawancara, maka pengumpul data juga dapat menggunakan alat bantu seperti tape recorder, gambar, brosur dan material lain yang dapat membantu pelaksanaan wawancara berjalan lancar. Adapun contoh wawancara terstruktur tentang tanggapan Mahasiswa terhadap pelayanan Kampus UPN: 

1) Bagaimanakah tanggapan Saudara/I terhadap pelayanan yang ada di UPN?

a) Sangat bagus 
b) Bagus 
c) Tidak bagus 
d) Sangat tidak bagus 

2) Bagaimanakah tanggapan Saudara/i terhadap pelayanan Administrasi di UPN?

a) Sangat bagus 
b) Bagus 
c) Tidak bagus 
d) Sangat tidak bagus 

  • Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Adapun contohnya adalah sebagai berikut: “Bagaimanakah pendapat Saudara terhadap kebijakan-kebijakan Rektor mahasiswa di UPN? dan bagaimana dampaknya terhadap mahasiswa!”. 

2. Kuesioner 
Kuesioner merupakan alat teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang efisien bila peneliti tahu pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang bisa diharapkan dari responden (Iskandar, 2008: 77). 
Uma sekaran (1992) dalam Sugiyono mengungkapkan beberapa prinsip penulisan angket yaitu sebagai berikut:

1) Prinsip penulisan angket 
  • Isi dan tujuan pertanyaan, yang dimaksud disini adalah isi pertanyaan tersebut merupakan bentuk pengukuran atau bukan. Kalau berbentuk pengukuran, maka dalam membuat pertanyaan harus teliti, setiap pertanyaan harus ada skala pengukuran dan jumlah itemnya mencukupi untuk mengukur variabel yang diteliti. 
  • Bahasa yang digunakan, bahasa yang digunakan dalam penulisan angket harus disesuaikan dengan kemampuan berbahasa responden. 
  • Tipe dan bentuk pertanyaan, tipe pertanyaan dalam angket dapat berupa terbuka atau tertutup, (dalam wawancara bisa terstruktur dan tidak terstruktur), dan bentuknya dapat menggunakan kalimat positif dan negatif. 
  • Pertanyaan tidak mendua 
  • Tidak menanyakan yang sudah lupa 
  •  Pertanyaan tidak menggiring, artinya usahakan pertanyaan tidak menggiring pada jawaban yang baik saja atau yang jelek saja. 
  • Panjang pertanyaan, pertanyaan dalam angket sebaiknya tidak terlalu panjang, sehingga akan membuat jenuh responden dalam mengisi. 
  • Urutan pertanyaan, urutan pertanyaan dalam angket, dimulai dari yang umum menuju ke hal yang spesifik, atau dari yang mudah menuju hal yang sulit. 

3. Observasi 
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).







Jurnal Manajemen & Kewirausahaan Vol. 4, No. 2, September 2002: 123 - 136. 
Jurusan Ekonomi Manajemen, Fakultas Ekonomi – Universitas Kristen Petra 
http://puslit.petra.ac.id/journals/management/
Patilima, Hamid. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Malang: UMM Press 
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA. 2012 (cet. 15)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Perusahaan Leo Burnett

Perusahaan Mars Research Specialist